Filsafat Etika Ala Ibnu Miskawaih

 

FILSAFAT ISLAM

Perkuliahan dengan mata kuliah Filsafat Islam yang diampu oleh Bapak Study Rizal pada hari Rabu, 26 Oktober 2022 membahas tentang pemikiran filsafat menurut Ibnu Miskawaih.

BIOGRAFI IBNU MISKAWAIH

Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ya’qub Ibn Miskawaih merupakan nama lengkap dari Ibnu Miskawaih. Ilmuwan kelahiran Iran ini belajar sejarah kepada Abu Bakar Ahmad Ibn Kamil al-Qadhi (350/960) tentang buku Tarikh al-Thabari, dan belajar filsafat kepada Ibn al-khammar, seorang komentator terkenal mengenai filsafat Aristoteles.

Ilustrasi Ibnu Miskawaih (Doc. Iqro.id)

PEMIKIRAN TENTANG KETUHANAN

Dalam masalah Ketuhanan Ibnu Miskawaih tidak memberikan perhatian berlebih, karena tidak diperbincangkan lagi masalah ketuhanan di zamannya. Tidak banyak berbeda pemikiran Ibnu Miskawaih dengan pemikiran Filusuf lainnya, terutama Al-Kindi. Hal ini tampak bahwa Tuhan menurut Miskawaih adalah Zat yang tidak berjisim, azali dan pencipta. Tuhan Esa dalam segala aspek.

Tuhan tidak terbagi-bagi karena tidak mengandungkejamakan dan tidak satupun yang setara dengan-Nya. Tuhan ada tanpa diadakan, dan ada-Nya tidak tergantung kepada yang lain, sedangkan yang lain membutuhkan-Nya.

PEMIKIRAN TENTANG KEJIWAAN

Ibnu Maskawaih mendefinisikan jiwa sebagai substansi sederhana yang tidak dapat diindera oleh salah satu alat indera. Jiwa bukanlah bentuk fisik, tidak dapat disentuh, bukan berupa bentuk. Sesungguhnya jiwa adalah sesuatu lalin yang berbeda dengan fisik, baik dari segi substansinya, hukum hukumnya, ciri-cirinya, maupun perilaku-perilakunya. Pendeknya, jiwa berasal dari substansi yang lebih tinggi, lebih mulia, dan lebih utama dari segala sesuatu yang bersifat fisik di dunia.

TINGKATAN KEJIWAAN

Jiwa manusia memiliki tiga memiliki tiga kekuatan yang bertingkat-tingkat. Dari tingkat yang rendah disebutkan urutannya sebagai berikut:

1.)    Al- Nafs al- Bahimiyah (nafsu kebinatangan) yang buruk.

2.)    Al Nafs al- Sabu'iah (nafsu binatang buas) yang sedang.

3.)    Al- Nafs al- Nathiqah (jiwa yang cerdas) yang baik.

Ibn Miskawaih menonjolkan kelebihan jiwa manusia atas jiwa binatang dengan adanya kekuatan berpikir yang menjadi sumber pertimbangan tingkah laku, yang selalu mengarah kepada kebaikan.

PEMIKIRAN TENTANG AKHLAK

Sedangkan secara terminologi, Ibn Miskawaih dalam kitab Tahdhību al-akhlaq mendefinisikan akhlak dengan keadaan gerak jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan perbuatan tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.

Komentar